Harga perak (XAG/USD) melanjutkan kenaikannya untuk hari ketiga secara beruntun, yang diperdagangkan sekitar $29,60 per troy ounce selama jam-jam Asia pada hari Jumat (3/1). Reli berkelanjutan ini dikaitkan dengan permintaan safe haven yang kuat di tengah ketegangan geopolitik yang terus-menerus di Timur Tengah dan konflik Rusia-Ukraina yang berkepanjangan.
Axios merujuk pada tiga sumber, yang menunjukkan bahwa Presiden AS Joe Biden dilaporkan menjajaki rencana darurat untuk menargetkan fasilitas nuklir Iran jika Teheran maju secara signifikan dalam mengembangkan bom nuklir sebelum pelantikan Donald Trump pada tanggal 20 Januari. Pembicaraan ini menggarisbawahi meningkatnya kekhawatiran atas aspirasi nuklir Iran selama transisi antar pemerintahan.
Reuters mengutip bahwa Rusia melancarkan serangan pesawat nirawak di ibu kota Ukraina, Kyiv, pada Hari Tahun Baru Rabu dini hari, yang mengakibatkan dua orang tewas, sedikitnya enam orang cedera, dan kerusakan bangunan di dua distrik. Sementara itu, militer Israel terus menekan Gaza utara, dan melancarkan serangan di pinggiran Kota Gaza pada hari Rabu, menurut petugas medis. Serangan udara di Shejaia, pinggiran Kota Gaza, menewaskan sedikitnya delapan warga Palestina.
Laporan Financial Times mencatat bahwa Bank Rakyat Tiongkok (PBoC) mengantisipasi penurunan suku bunga tahun ini pada waktu yang tepat. Para pedagang memantau dengan saksama potensi pemulihan ekonomi Tiongkok dan dampaknya terhadap permintaan industri untuk Perak. Presiden Xi Jinping menegaskan kembali komitmennya pada hari Selasa untuk memprioritaskan pertumbuhan ekonomi, menjanjikan kebijakan yang lebih proaktif untuk mendukung ekonomi Tiongkok pada tahun 2025.
Meskipun aktivitas manufaktur Tiongkok menunjukkan pertumbuhan minimal pada bulan Desember, sektor jasa dan konstruksi telah pulih. Data tersebut menunjukkan bahwa stimulus kebijakan mulai memengaruhi sektor-sektor tertentu, karena Tiongkok bersiap menghadapi risiko perdagangan baru yang berasal dari tarif yang diusulkan oleh Presiden terpilih AS Donald Trump.(yds)
Sumber: FXstreet