GBP/USD terdepresiasi setelah dua sesi kenaikan berturut-turut, diperdagangkan di sekitar 1,2660 selama jam perdagangan Asia pada hari Kamis. Pasangan ini melemah karena Dolar AS (USD) menguat di tengah meningkatnya penghindaran risiko dan kenaikan imbal hasil Treasury AS.
Presiden Federal Reserve Bank of Atlanta Raphael Bostic menyatakan pada Rabu malam bahwa Fed harus mempertahankan suku bunga saat ini untuk terus memberikan tekanan ke bawah pada inflasi, menurut Bloomberg. Bostic mencatat perlunya lebih banyak data untuk menentukan apakah inflasi Januari merupakan lonjakan sementara atau awal dari tren. Ia menekankan bahwa kebijakan Fed tetap restriktif dan harus tetap seperti itu.
Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur USD terhadap enam mata uang utama, naik mendekati 106,50, dengan imbal hasil obligasi Treasury AS 2 tahun dan 10 tahun masing-masing berada pada 4,08% dan 4,27%, pada saat penulisan.
Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengumumkan pada Rabu malam bahwa tanggal 3 April akan menjadi dasar untuk data tarif timbal balik. Ia juga menyatakan bahwa kendaraan Tiongkok tidak akan diizinkan masuk ke AS, dengan menyebut Tiongkok sebagai perhatian utama. Secara terpisah, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menegaskan kembali komitmennya untuk bekerja sama dengan Kongres guna menjadikan pemotongan pajak Presiden Trump permanen.
Anggota Komite Kebijakan Moneter Bank of England (BoE) Swati Dhingra berkomentar pada Rabu bahwa tarif AS yang lebih tinggi dapat memperkuat Dolar AS dalam jangka pendek, yang menyebabkan beberapa efek kenaikan harga di Inggris Raya (UK). Namun, ia mencatat bahwa dampak inflasi secara keseluruhan di Inggris kemungkinan akan diimbangi oleh berkurangnya tekanan harga global yang diakibatkan oleh tarif ini.
Faktor terpenting yang memengaruhi nilai Pound Sterling adalah kebijakan moneter yang diputuskan oleh Bank of England. BoE mendasarkan keputusannya pada apakah telah mencapai tujuan utamanya yaitu "stabilitas harga" – tingkat inflasi yang stabil sekitar 2%. Alat utamanya untuk mencapai hal ini adalah penyesuaian suku bunga. Ketika inflasi terlalu tinggi, BoE akan mencoba mengendalikannya dengan menaikkan suku bunga, sehingga masyarakat dan bisnis akan lebih sulit mengakses kredit. Hal ini umumnya positif untuk GBP, karena suku bunga yang lebih tinggi membuat Inggris menjadi tempat yang lebih menarik bagi investor global untuk menyimpan uang mereka. Ketika inflasi turun terlalu rendah, itu merupakan tanda pertumbuhan ekonomi melambat. Dalam skenario ini, BoE akan mempertimbangkan untuk menurunkan suku bunga guna mempermurah kredit sehingga bisnis akan meminjam lebih banyak untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang menghasilkan pertumbuhan.(Cay)
Sumber: Fxstreet