Harga perak (XAG/USD) menghadapi tekanan jual di atas level kunci $33,00 pada jam perdagangan Amerika Utara pada hari Jumat (21/2). Logam putih tersebut turun karena Dolar AS (USD) menguat, dengan pejabat Federal Reserve (Fed) terus mengarahkan kebijakan moneter restriktif. Indeks Dolar AS (DXY), yang melacak nilai Greenback terhadap enam mata uang utama, naik mendekati 106,75.
Pada hari Kamis, Gubernur Fed Adriana Kugler mengatakan bahwa bank sentral harus mempertahankan suku bunga pinjaman "tetap" untuk "beberapa waktu," dengan mencatat efek bersih dari kebijakan ekonomi baru oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump "sangat tidak pasti" dan akan bergantung pada "spesifikasinya."
Skenario Fed mempertahankan kebijakan suku bunga restriktif menjadi pertanda buruk bagi logam mulia seperti harga Perak.
Sementara itu, kekhawatiran agenda tarif Presiden Trump akan membuat harga Perak tetap berada di posisi terdepan. Pada hari Kamis, Trump mengumumkan bahwa ia dapat mengenakan tarif pada kayu dan produk hutan, mobil, farmasi, dan semikonduktor selama bulan depan atau lebih cepat. Pelaku pasar memperkirakan agenda tarif Trump akan menyebabkan perlambatan ekonomi global.
Investor juga berfokus pada perkembangan pembicaraan Rusia-AS untuk mengakhiri perang di Ukraina. Minggu ini, Donald Trump setuju untuk mengadakan lebih banyak pembicaraan dengan pemimpin Rusia Vladimir Putin untuk negosiasi guna mencapai gencatan senjata dengan Ukraina. Hasil positif dari pembicaraan damai akan melemahkan daya tarik harga Perak sebagai aset safe haven.(Newsmaker23)
Sumber: FXstreet