GOLD

Harga emas naik karena imbal hasil AS turun akibat kekhawatiran stagflasi

Harga emas naik pada hari Selasa karena Dolar AS (USD) masih melemah dan di tengah penurunan imbal hasil riil AS, yang biasanya berkorelasi terbalik dengan harga emas batangan. Kenaikan tak terduga dalam ekspektasi inflasi, yang didorong oleh kebijakan perdagangan AS, mendorong permintaan logam kuning, yang naik 0,26%, diperdagangkan pada $3.018.

Suasana pasar beragam, dengan indeks ekuitas AS terbagi antara yang naik dan yang turun. Data AS mengungkapkan bahwa Kepercayaan Konsumen turun ke level terendah dalam lebih dari empat tahun karena rumah tangga khawatir akan resesi di masa mendatang di tengah pembacaan inflasi yang tinggi, menurut Conference Board (CB). Ini menggambarkan prospek stagflasi.
Oleh karena itu, logam kuning naik tipis karena data terbaru menggambarkan prospek ekonomi stagflasi.

Di tempat lain, beberapa pejabat Federal Reserve (Fed) menyampaikan kabar. Gubernur Adriana Kugler menyatakan bahwa inflasi barang telah meningkat, mencatat bahwa beberapa subkategori telah menunjukkan tanda-tanda percepatan kembali. Terakhir, Presiden Fed New York John Williams mengatakan bahwa baik perusahaan maupun rumah tangga menghadapi ketidakpastian yang meningkat tentang prospek ekonomi, yang mencerminkan meningkatnya kekhawatiran tentang kondisi masa depan.

Pasar uang telah memperkirakan 64,5 basis poin pelonggaran Fed pada tahun 2025, menurut data probabilitas suku bunga Prime Market Terminal.
Harga emas didukung oleh ekspektasi inflasi yang tinggi
Imbal hasil T-note AS 10 tahun turun tiga basis poin (bps) menjadi 4,308%. Imbal hasil riil AS turun tiga bps menjadi 1,956% menurut imbal hasil Treasury Inflation-Protected Securities (TIPS) AS 10 tahun.
Indeks Dolar AS (DXY), yang melacak kinerja Greenback terhadap sekeranjang enam mata uang, turun 0,15% menjadi 104,15. Kepercayaan Konsumen CB pada bulan Maret turun dari 100,1 menjadi 92,9, meleset dari estimasi 94.
Menurut CB, tanggapan tertulis terhadap survei tersebut menunjukkan "kekhawatiran tentang dampak kebijakan perdagangan dan tarif khususnya meningkat."
Pada hari Senin, Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic menyatakan bahwa ia hanya mendukung satu kali pemotongan suku bunga tahun ini dan tidak memperkirakan inflasi akan kembali ke target hingga sekitar tahun 2027.(Cay)

Sumber: Fxstreet

Related News

DISCLAIMER

Seluruh materi atau konten yang tersaji di dalam website ini hanya bersifat informatif saja, dan tidak dimaksudkan sebagai pegangan serta keputusan dalam investasi atau jenis transaksi lainnya. Kami tidak bertanggung jawab atas segala akibat yang timbul dari penyajian konten tersebut. Semua pihak yang mengunjungi website ini harus membaca Terms of Service (Syarat dan Ketentuan Layanan) terlebih dahulu dan dihimbau untuk melakukan analisis secara independen serta memperoleh saran dari para ahli dibidangnya.

World Time