Sterling berjuang untuk pulih dari penurunan tajam pada hari Kamis (20/7) menyusul data inflasi Inggris yang melebihi ekspektasi pasar, sementara dolar mendapatkan kembali pijakannya setelah penurunan tajam minggu lalu yang menurut para analis berlebihan.
Di Asia, fokus pasar tertuju pada keputusan suku bunga pinjaman utama (LPR) China, di mana diharapkan untuk mempertahankan tolok ukur pinjaman tidak berubah setelah bank sentral mempertahankan suku bunga kebijakan utama awal pekan ini.
Pound Inggris terakhir diperdagangkan 0,02% lebih rendah pada $1,2936, setelah jatuh lebih dari 0,7% pada hari Rabu setelah data yang menunjukkan tingkat inflasi tinggi Inggris turun lebih dari yang diharapkan pada bulan Juni ke yang paling lambat dalam lebih dari setahun di 7,9%.
Itu menarik kembali ekspektasi pasar akan kenaikan suku bunga agresif lebih lanjut dari Bank of England (BoE), dengan prospek suku bunga Inggris naik di atas 6% sekarang kemungkinan besar akan dibatalkan.
Pedagang pada satu titik mengharapkan suku bunga naik setinggi 6,5%.
Di tempat lain, euro naik 0,11% menjadi $1,1213, karena investor memantau pertemuan kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) minggu depan untuk kejelasan lebih lanjut tentang prospek suku bunga.
Pembuat kebijakan ECB dalam beberapa hari terakhir mengambil nada yang lebih dovish, dengan anggota Dewan Pemerintahan Yannis Stournaras yang terbaru untuk memandu bahwa suku bunga di masa depan naik melewati kemungkinan kenaikan 25 bp Juli masih belum jelas.
Indeks dolar AS stabil di atas 100 dan terakhir berada di 100,18, mendapatkan kembali beberapa penurunan setelah penurunan lebih dari 2% minggu lalu dalam reaksi spontan terhadap data inflasi AS yang datang lebih dingin dari yang diharapkan.
Yen Jepang naik 0,1% menjadi 139,56 per dolar, sedangkan dolar Australia bertahan 0,16% lebih tinggi pada $0,6782, menjelang data ketenagakerjaan negara itu pada Kamis nanti. (Arl)
Sumber : Reuters
