Harga minyak turun dalam perdagangan Asia pada hari Senin(10/03) karena data inflasi yang lemah dari importir utama Tiongkok membuat para pedagang waspada terhadap permintaan yang melambat, sementara ketidakpastian atas dampak tarif perdagangan AS juga membebani.
Harga minyak mentah telah merosot ke posisi terendah lebih dari tiga tahun minggu lalu di tengah badai faktor negatif, terutama kekhawatiran atas permintaan yang melambat dan peningkatan pasokan. Tanda-tanda ekonomi AS yang mendingin juga membebani.
Minyak mentah Brent berjangka yang berakhir pada bulan Mei turun 0,4% menjadi $70,10 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate berjangka turun 0,4% menjadi $66,48 per barel pada pukul 22:48 ET (02:48 GMT). Kedua kontrak diperdagangkan di atas posisi terendah yang dicapai minggu lalu, tetapi mengalami kerugian tajam selama beberapa minggu. Data inflasi Tiongkok mengecewakan, memicu kekhawatiran permintaan
Data inflasi konsumen dan produsen Tiongkok, yang dirilis selama akhir pekan, menunjukkan tren deflasi yang terus-menerus di negara pengimpor minyak terbesar di dunia.
Data tersebut menunjukkan bahwa ekonomi Tiongkok masih berjuang dengan permintaan lokal yang lemah, yang pada gilirannya menjadi pertanda buruk bagi selera negara tersebut terhadap minyak mentah.
Data tersebut juga menggarisbawahi perlunya lebih banyak langkah stimulus dari Beijing, karena pemerintah Tiongkok bergerak untuk mendukung ekonomi.
Pekan lalu, Beijing berjanji akan mengeluarkan lebih banyak pengeluaran fiskal tahun ini untuk menopang pertumbuhan. Namun, hal ini tidak memicu banyak kegembiraan di pasar minyak, karena pejabat pemerintah hanya memberikan sedikit rincian tentang langkah-langkah yang direncanakan.
Tiongkok juga bersiap menghadapi hambatan ekonomi dari tarif perdagangan Presiden AS Donald Trump, setelah ia menaikkan bea masuk atas impor Tiongkok menjadi 20% minggu lalu. (Newsmaker23)
Sumber: Investing.com