Dolar melemah pada Kamis (4/1), setelah naik ke level tertinggi hampir tiga pekan sehari sebelumnya, dengan risalah pertemuan terakhir Federal Reserve memberikan sedikit petunjuk kapan Amerika Serikat mungkin mulai menurunkan suku bunganya.
Risalah pertemuan kebijakan bulan Desember yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan pejabat Fed yakin inflasi telah terkendali dan khawatir terhadap risiko kebijakan moneter bank sentral yang "terlalu membatasi" terhadap perekonomian.
Namun, tidak ada petunjuk pasti mengenai kapan The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya, dan para pengambil kebijakan masih melihat perlunya pembatasan suku bunga untuk beberapa waktu ke depan.
Terhadap sejumlah mata uang, greenback turun 0,11% menjadi 102,29, setelah menyentuh level puncak tiga pekan di level 102,73 pada hari Rabu.
Euro naik 0,25% menjadi $1,0950, setelah jatuh ke level terendah dalam lebih dari dua pekan pada hari Rabu, setelah Perancis dan negara-negara Eropa lainnya melaporkan angka inflasi.
Sementara pasar memperkirakan rebound inflasi utama di zona euro pada laporan bulan Desember yang akan dirilis pada hari Jumat.
Sterling naik 0,25% menjadi $1,2694.
Di tempat lain, dolar Australia, yang sering digunakan sebagai proksi selera risiko, naik 0,2% menjadi $0,6744, melepaskan diri dari level terendah dua minggu pada hari Rabu di $0,6703.
Dolar Selandia Baru yang sensitif terhadap risiko juga naik 0,26% menjadi $0,6263, setelah menyentuh level terendah dua minggu di $0,6221 pada sesi sebelumnya.
Greenback terdorong ke level tertinggi dalam dua pekan terhadap yen, seiring Jepang kembali dari libur panjang Tahun Baru.
Dolar menyentuh puncaknya pada 143,90 yen dan terakhir ditransaksikan pada level 143,71, yang naik 0,3%.
Secara geopolitik, Hizbullah di Lebanon dan tentara Israel membuat pernyataan yang menunjukkan bahwa kedua musuh tersebut ingin menghindari penyebaran perang lebih lanjut di luar Jalur Gaza, setelah serangan pesawat tak berawak menewaskan seorang wakil pemimpin Hamas Palestina di Beirut.(yds)
Sumber: Reuters
​