Tiongkok mendesak AS untuk mematuhi hukum internasional terkait rencana penimbunan logam laut dalam yang dilaporkan
Tidak ada negara yang boleh mengabaikan hukum internasional untuk mengizinkan eksplorasi sumber daya di dasar laut, kata kementerian luar negeri Tiongkok pada hari Senin, menyusul laporan rencana AS untuk menimbun logam laut dalam guna melawan dominasi Tiongkok di sektor tersebut.
Pemerintah Trump sedang menyusun perintah eksekutif untuk memungkinkan penimbunan logam laut dalam yang ditemukan di dasar laut Samudra Pasifik guna melawan dominasi Tiongkok atas mineral baterai dan rantai pasokan tanah jarang, Financial Times melaporkan pada hari Sabtu, mengutip orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.
Penimbunan tersebut akan "menciptakan persediaan dalam jumlah besar yang siap dan tersedia di wilayah AS untuk digunakan di masa mendatang," jika terjadi konflik dengan Tiongkok yang dapat membatasi impor logam dan tanah jarang, kata laporan tersebut.
Tiongkok telah memberlakukan pembatasan ekspor terhadap beberapa unsur tanah jarang sebagai balasan atas tarif tinggi yang ditetapkan Presiden AS Donald Trump atas barang-barang Tiongkok, yang berpotensi menghentikan pasokan AS dari mineral-mineral penting yang sangat penting untuk berbagai hal, mulai dari telepon pintar hingga baterai mobil listrik.
Setelah laporan tersebut, Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengatakan bahwa berdasarkan hukum internasional, dasar laut dan sumber dayanya "merupakan warisan bersama umat manusia."
"Eksplorasi dan eksploitasi sumber daya mineral di wilayah dasar laut internasional harus dilakukan sesuai dengan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut dan dalam kerangka Otoritas Dasar Laut Internasional," kata Kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan.
Tiongkok memproduksi sekitar 90% dari tanah jarang olahan dunia, sekelompok 17 unsur yang digunakan di seluruh industri pertahanan, kendaraan listrik, energi bersih, dan elektronik. AS mengimpor sebagian besar tanah jarangnya, yang sebagian besar berasal dari Tiongkok.(Cay)
Sumber: Investing.com